THE KEY TO CLASSROOM MANAGEMENT


THE KEY TO CLASSROOM MANAGEMENT
KUNCI PENGELOLAAN KELAS

Repurposed from an article by Robert J. Marzano and Jana S. Marzano, Educational Leadership; September 2003 V.61 Pg. 6-13.
Today, we know more about teaching than we ever have before. Research has shown us that teachers’ actions in their classrooms have twice the impact on student achievement as do school policies regarding curriculum, assessmant, staff collegialty, and community involvement. We also know that one of the classroom teacher’s most important jobs is managing the classroom effectively.
Hari ini, kita mengetahui tentang pengajaran lebih dari yang pernah kita miliki sebelumnya. Penelitian menunjukan pada kita bahwa tindakan guru di kelas mempunyai dua pengaruh pada pencapaian siswa sebagaimana yang dilaksanakan kebijakan sekolah mengenai kurikulum, penilaian, staf kampus dan keterlibatan masyarakat. Kita juga mengetahui bahwa satu dari pekerjaan guru kelas yang paling penting adalah mengelola kelas secara efektif.

Of all the variable, classroom management has the largest effect on student achivement. This make intuitive sense student cannot learn in a chaotic, poorly managed classroom. It is very important that there is a balance between teacher action that provide clear consequences for unacceptable behavior. For example, beginning the school year with a positive emphasis on management; arranging the room in a way conducive to effective management; and identifying and implementing rules and operating procedures.
Dari semua variabel, pengelolaan kelas memiliki pengaruh terbesar pada pencapaian siswa.  Ini membuat hati siswa tidak dapat belajar dalam sebuah ruang kelas yang dikelola  dengan kacau serta kurang baik. Sangat penting bahwa memberikan konsekwensi yang jelas untuk sikap yang tidak dapat diterima dan tindakan guru yang mengakui dan menghargai sikap yang dapat diterima. Contoh, awal tahun sekolah dengan sebuah penekanan positif pada manajemen; mengatur kelas dalam sebuah cara yang menghantarkan pada pengelolaan  efektif; dan mengindentifikasi dan menerapkan aturan dan menjalankan prosedur.

Research has shown that the quality of teacher – student relationships is the keystone for all other aspects of classroom management. Further, research has shown that teachers who had high- quality relationship with their students had fewer dicipline problems and rule violations than those who did not have high- quality relationship.
Penelitian menunjukan bahwa kualitas hubungan guru dan siswa adalah dasar bagi semua aspek lain dari pengelolaan kelas. Selanjutnya, penelitian menunjukan bahwa guru yang memiliki hubungan yang baik dengan siswanya memiliki sedikit masalah disiplin dan aturan yang keras daripada yang mempunyai hubungan yang kurang baik.

What are the caracteristics of effective teacher- student relationship? Let’s first consider what they are not. Effective teacher – student relationships have nothing todo with the teacher’s personality or even with weather the students view the teacher as afriend. Rather, the most effective teacher-student relationships are charaterized by three specific teacher behavior;
Ø  Exhibiting appropriate levels of dominance.
Ø  Exhibiting appropriate levels of cooperation
Ø  Being aware of heigh – needs students.
Apa saja ciri- ciri hubungan antara guru dan siswa yang efektif?. Marilah perta pertimbangkan apa saja yang bukan. Hubungan guru siswa yang efektif sudah bukan yang dilakukan pribadi guru atau berkaitan dengan apakah siswa memandang guru sebagai teman. Lebih dari itu, hubungan guru-siswa yang paling efektif adalah dicirikan dengan sikap guru secara khusus;
Ø  Menunjukan tingkat penguasaan yang tepat.
Ø  Menampilkan tingkat kerjasama yang tepat.
Ø  Memahami siswa berkebuthan tinggi.

Appropriate levels of Dominance
Teacher can exhibit appropriate dominance by establishing these three principle;
Ø  Clear behavior expectation.
Ø  Clear learning goal.
Ø  Exhibiting assertive behavior.
Tingkat dominasi yang tepat.
Guru dapat menunjukan dominansi yang tepat dengan menetapkan tiga prinsip ini;
Ø  Sikap yang diharapkan dengan jelas.
Ø  Tujuan belajar yang jelas.
Ø  Menampilan sikap tegas.


Establish Clear Expectations and Consequences.
Teacher can establish clear expectations for behavior in two ways: by establishing clear rules and procedures, and by providing consequences for student behavior. Past research has stressed the importance of establishing rules and procedures for general classroom behavior, group work, seat work, transitions and interruptions, use of materials and equipment, and beginning and ending the period or the day. Ideally, the class should establish these rules and procedures through discussion and mutual concent by teacher and students.
Menetapkan harapan dan konsekwensi yang jelas.
Guru dapat membangun harapan yang jelas untuk sikap dalam dua cara; dengan menetapkan aturan dan konsekwensi yang jelas, dan dengan memberikan konsekwensi bagi sikap siswa. Penelitian yang lalu menekankan pentingnya menetapkan aturan dan prosedur bagi sikap kelas secara umum, kerja kelompok, atau proyek, peralihan dan menyela, menggunakan bahan- bahan dan perlengkapan, dan awal dan akhir periode atau harian. Idealnya, kelas harus menetapkan aturan ini dan prosedur melalui diskusi dan saling menyetujui antara guru dan siswa.

Along with well – designed and clearly communicated rules and procedures, the teacher must acknowledge students’ behavior, reinforcing acceptable behavior and providing negative consequences for unacceptable behavior.
Bersama-sama aturan dan prosedur dirancang dengan baik dan dikomunikasikan dengan jelas. Guru harus mengetahui sikap siswa, memperkuat sikap penting dan memberikan konsekwensi negatif untuk sikap yang tidak penting.

Teacher can build effective relationship through these strategies:
Ø  Using a wide variety of verbal and physical reactions to student’s misbehavior, such as moving closer to  offending students and using a physical cue, such as a finger to the lips, to point out inappropriate behavior.
Ø  Cuing the class about expected behaviours through prearranged signals, such as raising a hand to indicate that all students should take their seats.
Ø  Providing tangible recognition of appropriate behavior – with tokens or rewards, for example.
Ø  Employing group contingency polices that hold the entire group responsilble for behavioral expectations.
Ø  Employing home contingency techniques that involve rewards and sanctions at home.
Guru dapat membangun hubungan efektif melalui kategori ini;
Ø  Menggunakan bermacam- macam reaksi verbal dan fisik terhadap kelakuan buruk siswa, seperti melangkah mendekat pada siswa yang salah dan menggunakan isyarat fisik, seperti menggerakan jari pada bibir, untuk menunjukan  sikap yang tidak tepat.
Ø  Mengisyaratkan kelas tentang sikap yang diharapkan melalui tanda yang diaturse belumnya, seperti mengangkat tangan menunjukan bahwa semua siswa harus mengambil tempat duduknya.
Ø  Menyediakan penghargaan yang nyata dari sikap yang tepat  contohnya,dengan tanda atau hadiah.
Ø  Mempergunakan kebijakan kesatuan kelompok yang memegang seluruh tanggung jawab kelompok untuk sikap yang diharapkan.
Ø  Menggunakan teknik kelompok rumah yang memasukan hadiah dan sanksi di rumah.

Establish Clear Learning Goals
Teacher can also exhibit appropriate levels of dominance by providing clarity about the content and expectations of an upcoming instructional unit. Important teacher actions to achieve this end include;
·         Establishing and communicating learning goals at the beginning of a unit of instruction.
·         Providing feedback on those goals.
·         Continually and systematically re-visiting the goals.
·         Providing summative feedback regarding the goals.

Menetapkan Tujuan Belajar dengan Jelas.
Guru dapat juga menampilkan tingkat dominansi yang tepat dengan menyediakan kemurniaan tentang isi dan harapan unit bahan pelajaran selanjutnya. Tindakan guru penting untuk mencapai akhir ini mencakup;
·         Menetapkan dan mengkomunikasikan tujuan belajar pada awal satuan pelajaran.
·         Menyediakan umpan balik pada tujuan tersebut.
·         Secara rutin dan sistematis mengunjungi kembali tujuan.
·         Menyediakan tes sumatif umpan balik mengenai tujuan.
Exhibit Assertive Behavior
Teacher can also communicate appropriate levels of dominance by exhibiting assertive behavior. Asserive behavior differs significantly from both passive behavior and agressive behavior.
Tips to using assertive body language:
·         Maintain an erect posture, facing the offending student but keeping enough distance so as not to appear threatening and matching the facial expression with the content of the message being presented to students.
·         Use an appropriate tone of voice, speaking clearly and deliberatly in a pitch that is slightly but not greatly elevated from normal classroom speech, avoiding any display of emotions in the voice.
·         Persist until students respond with the appropriate behavior. Do not ignore inappropriate behavior; do not diverted by a student denying, arguing, or blaming, but listen to legitimate explanations.
Mempertunjukan Sikap Tegas
Guru dapat juga mengkomunikasikan tingkat dominasi yang tepat dengan menampilkan sikap tegas. Sikap tegas berbeda  makna dari sikap pasif dan sikap menyerang.
Tip menggunakan bahasa tubuh yang tegas;
·         Menjaga postur tegak, menghadap siswa yang menggangu tetapi menjaga jarak yang cukup jadi tidak memperlihatkan ancaman dan mengadu  ekspresi wajah dengan isi berita yang disampaikan pada siswa.
·         Gunakan intonasi suara yang tepat, berbicara dengan jelas dan tidak tergesa-gesa dalam nada yang sedikit tetapi tidak sangat tinggi dari pembicaraan kelas yang biasa, hindari memperlihatkan emosi dalam ucapan.
·         Tetap lakukan sampai siswa merespon dengan sikap yang benar. Jangan abaikan  sikap yang tidak tepat; jangan dibelokan dengan sangkalan, argumentasi atau kesalahan seorang siswa, tetapi dengarkan pada penjelasan yang logis.

Appropriate Levels of Cooperation
Cooperation is characterized by a concern for the needs and opinion of others. Although not the antithesis of dominance, cooperation certanly occupies a different realm. Whereas dominance focuses on the teacher as the driving force in the classroom, cooperation focuses on the students and teacher functioning as a team. The interaction of these two dynamics- dominance and cooperation – is a central force an effective teacher student relationships. Several strategies can foster appropriate levels of cooperation;
·         Provide flexible learning goals.
·         Take a personal interest in students
·         Use equitable and positive classroom behavior.
Tingkat Kerjasama yang tepat.
Kerjasama dicirikan dengan sebuah perhatian bagi kebutuhan dan opini orang lain. Walaupun bukanlah lawan yang tepat dari dominasi. Kerjasama tentu menguasai alam yang berbeda. Sedangkan dominasi memusatkan pada guru sebagai pengendali kekuatan di dalam kelas. Kerjasama menekankan pada siswa dan guru berfungsi sebagai tim. Interaksi dari dua perubahan ini yakni dominasi dan kerjasama  adalah sebuah pusat kekuatan dalam hubungan guru dan siswa yang efektif. Beberapa strategi yang membatu perkembangan tingkat kerjasama yang tepat.
·         Menyediakan secara fleksibel tujuan belajar.
·         Membawa seseorang tertarik dalam diri siswa.
·         Gunakanlah sikap  kelas yang wajar dan positif.

Provide Flexible Learning Goals
Just as teacher can communicate appropriate levels of dominance by providing clear learning goals, theyion can also convey appropriate levels of cooperation by providing flexible learning goals. Giving students the opportunity to set their own objectives at the beginning of a unit or asking students what they would like to learn conveys a sense of cooperation. Giving students this kind of choice, in addition to increasing their understanding of the topic, conveys the message that the teacher cares about and tries to commodate students’ interest.
Sediakan Tujuan Belajar yang Fleksibel.
Hanya guru saja yang dapat berkomunikasi tingkat dominan yang tepat dengan menyediakan tujuan belajar yang jelas, mereka dapat juga menyampaikan kerjasama yang tepat dengan menyediakan tujuan belajar yang fleksibel. Memberi siswa kesempatan untuk menetapkan tujuan dirinya pada awal satuan atau meminta siswa apa yang akan mereka pelajari menyampaikan rasa kerjasama. Memberikan siswa jenis pilihan ini, dan lagi untuk meningkatkan pemahaman mereka dari topik, menyampaikan pesan yang guru perhatikan tentang dan mencoba menampung perhatian siswa.

Take a Persoanal Interest in Students
Probably the most obvious way to communicate appropriate levels of cooperation is to take a personal interest in each student in the class. All students appreciate personal attention from the teacher. Although busy teachers – articularly those at the secondary level – do not have the time or extensive interaction with all students, some teacher actions can communicate personal interest and concern without taking up much time.
Bawalah ketertarikan pribadi dalam siswa.
Mungkin cara yang paling jelas berkomunikasi pada kerjasama yang tepat adalah membawa perhatian pribadinya pada setiap siswa dalam kelas. Seluruh siswa menghagai perhatian pribadi dari guru. Meskipun guru sibuk- menyampaikan semua pada level kedua tidak mempunyai interaksi yang intensif dengan semua siswa., beberapa tindakan guru dan mengkomunikasikan perhatian dirinya dan  mengenai tanpa mengambil banyak waktu.

Teacher can practices these steps to show interest;
·         Talk informally with students before, during, and after class about their interest.
·         Greet students outside of school – for instance, at extracurricular events or at the store.
·         Single out a few students each day in the lunchroom and talk with them.
·         Be aware of and comment on importan events in students’ lives, such as participation in sports, drama, or other extracurricular activities.
·         Compliment students on important achievements and outside of school.
·         Meet students at the door as they come into class, greet each one by name.
Guru dapat mempraktikan langkah-langkah ini menunjukan ketertarikan;
·         Bicaralah dengan tidak resmi dengan siswa kelas sebelum, selama dan sesudah tentang ketertarikan mereka.
·         Ucapkan salam diluar sekolah seperti pada kegiatan ekstrakurikuler atau di toko.
·         Sendirikan dengan beberapa siswa setiap hari dalam ruang makan siang dan bicaralah dengan mereka.
·         Beri tahu dan komentarlah pada kegiatan penting dalam hidup siswa seperti keikutsertaan dalam olahraga, drama, atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
·         Pujilah siswa pada pencapaian penting dan di luar sekolah.
·         Temui siswa di pintu jika mereka datang kedalam kelas, salami setiap siswa dengan namanya.

Use Equitable and Positive Classroom Behaviour.
Programs like teacher ekspectations and student
Achievement emphasize the importance of the subtle ways in which teachers can communicate their interest in students.
This program recommends many practical strategies that emphasize equitable and positive classroom with all students. Taeacher should, for example;
·         Make eye contact with each student. Teachers can make eye contact by scanning the entire room as they speak and by freely moving about all sections of the room.
·         Deliberatly move toward and stand close to each student during the class period. Make sure that the seating arrangement allows the teacher and students clear and easy ways to move around the room.
·         Attribute the ownership of ideas to the students who initiated them. For instance, in a discussion a teacher might say,”Cecilia just added to Aida’s idea by saying that ...”
·         Allow and encourage all students to participate in class discussions and interactions. Make sure to call on students who do not commonly participate, not just those who respond most frequently.
·         Provide appropriate wait time for all students to respond to question, regardless of their past performance or your perception of their abilities.
Gunakan Sikap di kelas yang positif dan wajar.
Program seperti harapan guru dan siswa. Pencapaian menekankan pentingnya  cara- cara yang halus dimana guru dapat berkomunikasi ketertarikanya pada siswa. Program ini mengantarkan banyak praktik strategis yang menekankan interaksi di kelas yang positif dan pantas dengan semua siswa. Guru seharusnya, seperti;
·         Gunakan  kontak mata dengan setiap siswa. Guru dapat membuat kontak mata dengan
Membaca sekilas seluruh ruang kelas sebagaimana mereka bicara dan dengan secara bebas bergerak ke semua sisi kelas.
·         Dengan sengaja bergerak dan berdiri dihadapan setiap siswa saat di kelas. Pastikan pengaturan tempat duduk menjadikan guru dan siswa jelas dan mudah saat bergerak di sekitar ruang kelas.
·         Lengkapi gagasan pada diri  siswa yang diajaknya. Contohnya, di dalam sebuah diskusi seorang guru yang mungkin katakan, “ Cecilia baru saja  menambahkan pada ide Aida dengan mengatakan bahwa ........”
·         Ijinkan dan doronglah semua siswa untuk berperan serta dalam diskusi dan interaksi kelas. Yakinkan untuk memanggil siswa yang tidak berpartisipasi secara umum, jangan hanya  merespon siswa yang paling aktif.
·         Sedikan waktu tunggu dengan tepat bagi semua siswa untuk  menjawab pertanyaan, tanpa memperhatikan  penampilan mereka  atau kesan anda dari kemampuan mereka.

Awareness of High – Needs Students
Classroom teachers meet daily with a broad cross-section of students. In general, 12-22% of all students in school suffer from mental, emotional, or behavioral disorders, and relatively of School Counselors notes that 18 persent of students have special needs and requre extradionary perventions and treatments that go beyond the typical sources available to the classroom.
Though the classroom teacher is certainly not in a position directly address such severe problems, teachers with effective classroom management skills are aware of high- needs students and have a repertoire of specific techniques for meeting some of their needs. Marzano summarizes the five categories of high-needs students and suggest classroom strategies for each category and subcategory.
Ketahui Siswa Berkebutuhan Tinggi.
Guru kelas bertemu sehari-hari dengan seorang asing yang mewakili siswa. Umumnya 12-22 % dari seluruh siswa di sekolah menderita kekacauan mental, emosi dan sikap dan relatif sedikit menerima pelayanan kesehatan mental. Badan konseling sekolah mencatat bahwa 18 persen siswa memiliki kebutuhan khusus dan memperoleh perawatan dan pencegahan yang luar biasa yang diluar sumber yang tersedia pada ruang kelas.
Melalui guru kelas tentu tidak dalam posisi secara langsung ditujukan pada jenis masalah yang luas, guru dengan ketrampilan mengelola kelas efektif  tahu siswa berkebuthan tinggi dan mempunyai daftar teknik khusus untuk pertemuan beberapa keperluan mereka. Marzano meringkas 5 kategori siswa berkebutuhan tinggi dan menyarankan strategi kelas untuk setiap kategori dan bagian kategori.
·         Passive students fall into two subcategories; those who fear relationships and those who fear failure. Teacher can build strong relationships with these students by refraining from criticism, rewarding small successes, and creating a classroom climate in which students feel safe from aggressive people.
Siswa pasif dibagi dalam dua bagian yaitu siswa yang takut berhubungan dan siswa yang takut gagal. Guru dapat membangun hubungan yang kuat dengan siswa ini dengan menghentikan kritik, menghargai keberhasilannya meski kecil, dan menciptakan suasana kelas di mana siswa merasa aman dari orang-orang yang menyerangnya.
·         The category of aggressive students comparises three subcategories: hostile, oppositional, and covert.
Hostile students often have poor anger control, low capacity for empathy, and an inability to see the consequences of their actions. Oppositional students exhibit milder forms of behaviour problems, but they consistenly resist following rules, argue with adults, use harsh language, and tend to annoy others.
Students in the covert subcategory may be quite pleasent at times, but they are often nearby when trouble starts and they never quite do what authority figures ask of them. Strategies for helping aggressive students include creating behavior contracts and providing immediate rewards and consequences. Most of all, teachers must keep in mind that aggresive students, although they may appear highly resistant to behavior change, are still children who are experiencing a significant amount of fear and pain.
Kategori siswa menyerang di bagi dalam tiga bagian yaitu; Bermusuhan, Lawan, dan intimidasi. Siswa bermusuhan sering memiliki kontrol marah yang rendah, rendahnya kemampuan untuk empati terhadap orang lain, dan ketidakmampuan  untuk melihat akibat dari tindakannya. Siswa melawan menampilkan bentuk yang lebih ringan dari masalah tingkahlakunya, tetapi mereka secara konsistent menolak mengikuti aturan, meyakinkan dengan kedewasaanya, menggunakan bahasa yang kasar, dan cenderung menggangu yang lain.
Siswa dalam kategori intimidasi mungkin cukup nyaman pada saat tersebut, tetapi mereka sering secara dekat ketika mulai merusak dan mereka tak pernah lepas melakukan apa yang menguasai figur yang diminta mereka. Strategi untuk membantu siswa penyerang memasukan menciptkan perjanjian sikap dan menyediakn segera penghargaan dan konsekwensi. Banyak dari semua itu, guru harus menjaga dalam pikirannya bahwa  siswa penyerang, meskipun mereka mungkin menunjukan penolakan yang kasar untuk merubah sikapnya, anak-anak masih  mengenal arti takut dan baik.
·         Students with attention problem fall into two categories; hyperactive and inattentive. These students may respond well when teacher contract with them to manage behaviors; teach them basic concentration, study, and thinking skill; help them divide task into manageable parts; reward their successes; and assign them a peer tutor.
Siswa dengan masalah perhatian dibagi dalam dua kategori yaitu hiperaktif dan leha. Siswa ini mungkin menjawab dengan baik ketika guru berinteraksi dengan mereka untuk mengelola sikap, mengajar mereka konsentrasi yang mendasar, belajar, dan ketrampilan berpikir  ;membantu mereka membagi tugas kedalam sisi yang dapat diatur; menghargai keberhasilan mereka; dan menetapkan mereka sebagai seorang tutor sebaya.
·         Students in the perfectionist category are driven to succeed at unattainable levels. They are self- crictical, have low self esteem and feel inferior. Teachers can often help these students by encouraging them to develop more realistic standards, helping them to accept mistakes, and giving them oppurtunities to tutor other students.
Siswa dalam kategori sempurna diarahkan untuk berhasil pada level yang tidak dapat dicapai. Mereka pengkritik dirinya, mempunyai penghargaan diri yang rendah dan merasa lemah. Guru dapat sering membantu siswa ini dengan mendorong mereka mengembangkan banyak standar yang realistik, membantu mereka menerima kesalahan, dan memberikan mereka kesempatan untuk mengajarkan siswa lainnya.
·         Socially inept students have difficulty making and keeping friends. They may stand too close and touch other in annoying ways, talk too much, and misread other’comments. Teachers can help these students by counseling them about social behaviors.
Secara sosial siswa janggal mempunyai kesulitan membuat dan menjaga teman. Mereka mungkin berdiri mendekat dan menyentuh yang lain dalam mengganggu cara berbicara cukup banyak, dan kesalahan memahami komentar orang lain. Guru dapat menolong siswa ini dengan membimbing mereka tentang sikap sosial mereka.
·         School may be the only place where many students who face extreme challenges can get their needs addressed. The reality of today’s schools often demands that classroom teachers address these severe issues, even though this task is not always considered a part of their regular job.
Sekolah mungkin hanyalah tempat dimana banyak siswa yang menghadapi tantangan ekstrim dapat memperoleh kebutuhan yang diharapkan mereka. Kenyataan sekolah sekarang sering menuntut bahwa guru kelas menyampaikan  informasi yang parah ini. Meskipun tugas ini tidak selalu mempertimbangkan sebuah bagian dari pekerjaan rutin mereka.
Studies have found that the most effective classroom managers did not treat all students the same; they tended to employ different strategies with different tyoes of students. An awareness of the five general categories of high – needs students and appropriate action for each can help teachers build strong relationships with diverse students.
Studi telah menemukan bahwa banyak pengelolaan kelas yang efektif tidak memperbaiki siswa yang sama.; mereka cenderung memperkerjakan strategi yang berbeda dengan tipe siswa yang berbeda. Mengetahui dari lima kategori umum dari siswa berkebutuhan tinggi dan tindakan tepat untuk setiap siswa dapat membantu guru membangun hubungan yang kuat dengan siswa yang berbeda.
Don’t Leave Relationship to Chance
Teacher student relationship provide an essential foundation for effetive classroom management is a key to high student achievement. Teacher – student relationship should not be left to chance or dictated by the personalities of those involved. Instead, by using strategies supported by research, teacher can influence the dynamics of their classrooms and build strong teacher- student relationships that will support student learning.
Hubungan siswa guru menyediakan dasar yang penting bagi pengelolaan kelas yang efektif adalah kunci untuk pencapaian siswa yang tinggi. Hubungan guru siswa tidak seharusnya meninggalkan kesempatan atau diingat oleh pribadi yang dicakupinya. Disampin dengan menggunakan strategi yang didukung penelitan, guru dapat mempengaruhi  gerak ruang kelas mereka dan membangun hubungan guru siswa yang kuat yang akan mendukung siswa belajar.

Comments

Popular posts from this blog

SDN DANAREJA 01 PROGRAM JUMAT TAKWA

Saung Desa Wisata Sawah Batu Bukateja

Manfaatkan waktu dengan membaca.