THE KEY TO CLASSROOM MANAGEMENT
THE KEY TO CLASSROOM MANAGEMENT
KUNCI PENGELOLAAN KELAS
Repurposed from an article by
Robert J. Marzano and Jana S. Marzano, Educational Leadership; September 2003
V.61 Pg. 6-13.
Today, we know more about teaching
than we ever have before. Research has shown us that teachers’ actions in their
classrooms have twice the impact on student achievement as do school policies
regarding curriculum, assessmant, staff collegialty, and community involvement.
We also know that one of the classroom teacher’s most important jobs is
managing the classroom effectively.
Hari ini, kita mengetahui tentang
pengajaran lebih dari yang pernah kita miliki sebelumnya. Penelitian menunjukan
pada kita bahwa tindakan guru di kelas mempunyai dua pengaruh pada pencapaian
siswa sebagaimana yang dilaksanakan kebijakan sekolah mengenai kurikulum,
penilaian, staf kampus dan keterlibatan masyarakat. Kita juga mengetahui bahwa
satu dari pekerjaan guru kelas yang paling penting adalah mengelola kelas
secara efektif.
Of all the variable, classroom
management has the largest effect on student achivement. This make intuitive
sense student cannot learn in a chaotic, poorly managed classroom. It is very
important that there is a balance between teacher action that provide clear
consequences for unacceptable behavior. For example, beginning the school year
with a positive emphasis on management; arranging the room in a way conducive
to effective management; and identifying and implementing rules and operating
procedures.
Dari semua variabel, pengelolaan
kelas memiliki pengaruh terbesar pada pencapaian siswa. Ini membuat hati siswa tidak dapat belajar
dalam sebuah ruang kelas yang dikelola
dengan kacau serta kurang baik. Sangat penting bahwa memberikan konsekwensi
yang jelas untuk sikap yang tidak dapat diterima dan tindakan guru yang mengakui
dan menghargai sikap yang dapat diterima. Contoh, awal tahun sekolah dengan
sebuah penekanan positif pada manajemen; mengatur kelas dalam sebuah cara yang
menghantarkan pada pengelolaan efektif;
dan mengindentifikasi dan menerapkan aturan dan menjalankan prosedur.
Research has shown that the quality
of teacher – student relationships is the keystone for all other aspects of
classroom management. Further, research has shown that teachers who had high-
quality relationship with their students had fewer dicipline problems and rule
violations than those who did not have high- quality relationship.
Penelitian menunjukan bahwa
kualitas hubungan guru dan siswa adalah dasar bagi semua aspek lain dari
pengelolaan kelas. Selanjutnya, penelitian menunjukan bahwa guru yang memiliki
hubungan yang baik dengan siswanya memiliki sedikit masalah disiplin dan aturan
yang keras daripada yang mempunyai hubungan yang kurang baik.
What are the caracteristics of
effective teacher- student relationship? Let’s first consider what they are
not. Effective teacher – student relationships have nothing todo with the
teacher’s personality or even with weather the students view the teacher as
afriend. Rather, the most effective teacher-student relationships are
charaterized by three specific teacher behavior;
Ø Exhibiting appropriate levels of
dominance.
Ø Exhibiting appropriate levels of
cooperation
Ø Being aware of heigh – needs
students.
Apa saja ciri- ciri hubungan antara
guru dan siswa yang efektif?. Marilah perta pertimbangkan apa saja yang bukan.
Hubungan guru siswa yang efektif sudah bukan yang dilakukan pribadi guru atau
berkaitan dengan apakah siswa memandang guru sebagai teman. Lebih dari itu,
hubungan guru-siswa yang paling efektif adalah dicirikan dengan sikap guru
secara khusus;
Ø Menunjukan tingkat penguasaan yang
tepat.
Ø Menampilkan tingkat kerjasama yang
tepat.
Ø Memahami siswa berkebuthan tinggi.
Appropriate levels of Dominance
Teacher can exhibit appropriate
dominance by establishing these three principle;
Ø Clear behavior expectation.
Ø Clear learning goal.
Ø Exhibiting assertive behavior.
Tingkat
dominasi yang tepat.
Guru
dapat menunjukan dominansi yang tepat dengan menetapkan tiga prinsip ini;
Ø Sikap yang diharapkan dengan jelas.
Ø Tujuan belajar yang jelas.
Ø Menampilan sikap tegas.
Establish
Clear Expectations and Consequences.
Teacher can establish clear
expectations for behavior in two ways: by establishing clear rules and
procedures, and by providing consequences for student behavior. Past research
has stressed the importance of establishing rules and procedures for general
classroom behavior, group work, seat work, transitions and interruptions, use
of materials and equipment, and beginning and ending the period or the day.
Ideally, the class should establish these rules and procedures through
discussion and mutual concent by teacher and students.
Menetapkan harapan dan konsekwensi
yang jelas.
Guru dapat membangun harapan yang
jelas untuk sikap dalam dua cara; dengan menetapkan aturan dan konsekwensi yang
jelas, dan dengan memberikan konsekwensi bagi sikap siswa. Penelitian yang lalu
menekankan pentingnya menetapkan aturan dan prosedur bagi sikap kelas secara
umum, kerja kelompok, atau proyek, peralihan dan menyela, menggunakan bahan-
bahan dan perlengkapan, dan awal dan akhir periode atau harian. Idealnya, kelas
harus menetapkan aturan ini dan prosedur melalui diskusi dan saling menyetujui
antara guru dan siswa.
Along with well – designed and
clearly communicated rules and procedures, the teacher must acknowledge students’
behavior, reinforcing acceptable behavior and providing negative consequences
for unacceptable behavior.
Bersama-sama aturan dan prosedur
dirancang dengan baik dan dikomunikasikan dengan jelas. Guru harus mengetahui
sikap siswa, memperkuat sikap penting dan memberikan konsekwensi negatif untuk
sikap yang tidak penting.
Teacher can build effective
relationship through these strategies:
Ø Using a wide variety of verbal and
physical reactions to student’s misbehavior, such as moving closer to offending students and using a physical cue,
such as a finger to the lips, to point out inappropriate behavior.
Ø Cuing the class about expected
behaviours through prearranged signals, such as raising a hand to indicate that
all students should take their seats.
Ø Providing tangible recognition of
appropriate behavior – with tokens or rewards, for example.
Ø Employing group contingency polices
that hold the entire group responsilble for behavioral expectations.
Ø Employing home contingency
techniques that involve rewards and sanctions at home.
Guru dapat membangun hubungan
efektif melalui kategori ini;
Ø Menggunakan bermacam- macam reaksi
verbal dan fisik terhadap kelakuan buruk siswa, seperti melangkah mendekat pada
siswa yang salah dan menggunakan isyarat fisik, seperti menggerakan jari pada
bibir, untuk menunjukan sikap yang tidak
tepat.
Ø Mengisyaratkan kelas tentang sikap
yang diharapkan melalui tanda yang diaturse belumnya, seperti mengangkat tangan
menunjukan bahwa semua siswa harus mengambil tempat duduknya.
Ø Menyediakan penghargaan yang nyata
dari sikap yang tepat contohnya,dengan
tanda atau hadiah.
Ø Mempergunakan kebijakan kesatuan
kelompok yang memegang seluruh tanggung jawab kelompok untuk sikap yang
diharapkan.
Ø Menggunakan teknik kelompok rumah
yang memasukan hadiah dan sanksi di rumah.
Establish Clear Learning Goals
Teacher can also exhibit
appropriate levels of dominance by providing clarity about the content and
expectations of an upcoming instructional unit. Important teacher actions to
achieve this end include;
·
Establishing
and communicating learning goals at the beginning of a unit of instruction.
·
Providing
feedback on those goals.
·
Continually
and systematically re-visiting the goals.
·
Providing
summative feedback regarding the goals.
Menetapkan Tujuan Belajar dengan
Jelas.
Guru dapat juga menampilkan tingkat
dominansi yang tepat dengan menyediakan kemurniaan tentang isi dan harapan unit
bahan pelajaran selanjutnya. Tindakan guru penting untuk mencapai akhir ini
mencakup;
·
Menetapkan
dan mengkomunikasikan tujuan belajar pada awal satuan pelajaran.
·
Menyediakan
umpan balik pada tujuan tersebut.
·
Secara
rutin dan sistematis mengunjungi kembali tujuan.
·
Menyediakan
tes sumatif umpan balik mengenai tujuan.
Exhibit Assertive Behavior
Teacher can also communicate appropriate
levels of dominance by exhibiting assertive behavior. Asserive behavior differs
significantly from both passive behavior and agressive behavior.
Tips to using assertive body
language:
·
Maintain
an erect posture, facing the offending student but keeping enough distance so
as not to appear threatening and matching the facial expression with the
content of the message being presented to students.
·
Use
an appropriate tone of voice, speaking clearly and deliberatly in a pitch that
is slightly but not greatly elevated from normal classroom speech, avoiding any
display of emotions in the voice.
·
Persist
until students respond with the appropriate behavior. Do not ignore
inappropriate behavior; do not diverted by a student denying, arguing, or
blaming, but listen to legitimate explanations.
Mempertunjukan
Sikap Tegas
Guru dapat juga mengkomunikasikan
tingkat dominasi yang tepat dengan menampilkan sikap tegas. Sikap tegas
berbeda makna dari sikap pasif dan sikap
menyerang.
Tip menggunakan bahasa tubuh yang tegas;
·
Menjaga
postur tegak, menghadap siswa yang menggangu tetapi menjaga jarak yang cukup
jadi tidak memperlihatkan ancaman dan mengadu
ekspresi wajah dengan isi berita yang disampaikan pada siswa.
·
Gunakan
intonasi suara yang tepat, berbicara dengan jelas dan tidak tergesa-gesa dalam
nada yang sedikit tetapi tidak sangat tinggi dari pembicaraan kelas yang biasa,
hindari memperlihatkan emosi dalam ucapan.
·
Tetap
lakukan sampai siswa merespon dengan sikap yang benar. Jangan abaikan sikap yang tidak tepat; jangan dibelokan
dengan sangkalan, argumentasi atau kesalahan seorang siswa, tetapi dengarkan
pada penjelasan yang logis.
Appropriate
Levels of Cooperation
Cooperation is characterized by a
concern for the needs and opinion of others. Although not the antithesis of
dominance, cooperation certanly occupies a different realm. Whereas dominance
focuses on the teacher as the driving force in the classroom, cooperation focuses
on the students and teacher functioning as a team. The interaction of these two
dynamics- dominance and cooperation – is a central force an effective teacher
student relationships. Several strategies can foster appropriate levels of
cooperation;
·
Provide
flexible learning goals.
·
Take
a personal interest in students
·
Use
equitable and positive classroom behavior.
Tingkat Kerjasama yang tepat.
Kerjasama dicirikan dengan sebuah
perhatian bagi kebutuhan dan opini orang lain. Walaupun bukanlah lawan yang
tepat dari dominasi. Kerjasama tentu menguasai alam yang berbeda. Sedangkan
dominasi memusatkan pada guru sebagai pengendali kekuatan di dalam kelas.
Kerjasama menekankan pada siswa dan guru berfungsi sebagai tim. Interaksi dari
dua perubahan ini yakni dominasi dan kerjasama
adalah sebuah pusat kekuatan dalam hubungan guru dan siswa yang efektif.
Beberapa strategi yang membatu perkembangan tingkat kerjasama yang tepat.
·
Menyediakan
secara fleksibel tujuan belajar.
·
Membawa
seseorang tertarik dalam diri siswa.
·
Gunakanlah
sikap kelas yang wajar dan positif.
Provide Flexible Learning Goals
Just as teacher can communicate
appropriate levels of dominance by providing clear learning goals, theyion can
also convey appropriate levels of cooperation by providing flexible learning
goals. Giving students the opportunity to set their own objectives at the
beginning of a unit or asking students what they would like to learn conveys a
sense of cooperation. Giving students this kind of choice, in addition to
increasing their understanding of the topic, conveys the message that the
teacher cares about and tries to commodate students’ interest.
Sediakan Tujuan Belajar yang
Fleksibel.
Hanya guru saja yang dapat
berkomunikasi tingkat dominan yang tepat dengan menyediakan tujuan belajar yang
jelas, mereka dapat juga menyampaikan kerjasama yang tepat dengan menyediakan
tujuan belajar yang fleksibel. Memberi siswa kesempatan untuk menetapkan tujuan
dirinya pada awal satuan atau meminta siswa apa yang akan mereka pelajari
menyampaikan rasa kerjasama. Memberikan siswa jenis pilihan ini, dan lagi untuk
meningkatkan pemahaman mereka dari topik,
menyampaikan pesan yang guru perhatikan tentang dan mencoba menampung perhatian
siswa.
Take a Persoanal Interest in
Students
Probably the most obvious way to
communicate appropriate levels of cooperation is to take a personal interest in
each student in the class. All students appreciate personal attention from the
teacher. Although busy teachers – articularly those at the secondary level – do
not have the time or extensive interaction with all students, some teacher
actions can communicate personal interest and concern without taking up much
time.
Bawalah ketertarikan pribadi dalam
siswa.
Mungkin cara yang paling jelas
berkomunikasi pada kerjasama yang tepat adalah membawa perhatian pribadinya
pada setiap siswa dalam kelas. Seluruh siswa menghagai perhatian pribadi dari
guru. Meskipun guru sibuk- menyampaikan semua pada level kedua tidak mempunyai
interaksi yang intensif dengan semua siswa., beberapa tindakan guru dan
mengkomunikasikan perhatian dirinya dan
mengenai tanpa mengambil banyak waktu.
Teacher can practices these steps
to show interest;
·
Talk
informally with students before, during, and after class about their interest.
·
Greet
students outside of school – for instance, at extracurricular events or at the
store.
·
Single
out a few students each day in the lunchroom and talk with them.
·
Be
aware of and comment on importan events in students’ lives, such as
participation in sports, drama, or other extracurricular activities.
·
Compliment
students on important achievements and outside of school.
·
Meet
students at the door as they come into class, greet each one by name.
Guru dapat mempraktikan
langkah-langkah ini menunjukan ketertarikan;
·
Bicaralah
dengan tidak resmi dengan siswa kelas sebelum, selama dan sesudah tentang
ketertarikan mereka.
·
Ucapkan
salam diluar sekolah seperti pada kegiatan ekstrakurikuler atau di toko.
·
Sendirikan
dengan beberapa siswa setiap hari dalam ruang makan siang dan bicaralah dengan
mereka.
·
Beri
tahu dan komentarlah pada kegiatan penting dalam hidup siswa seperti
keikutsertaan dalam olahraga, drama, atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
·
Pujilah
siswa pada pencapaian penting dan di luar sekolah.
·
Temui
siswa di pintu jika mereka datang kedalam kelas, salami setiap siswa dengan
namanya.
Use Equitable and Positive
Classroom Behaviour.
Programs like teacher ekspectations
and student
Achievement emphasize the importance
of the subtle ways in which teachers can communicate their interest in
students.
This program recommends many
practical strategies that emphasize equitable and positive classroom with all
students. Taeacher should, for example;
·
Make
eye contact with each student. Teachers can make eye contact by scanning the
entire room as they speak and by freely moving about all sections of the room.
·
Deliberatly
move toward and stand close to each student during the class period. Make sure
that the seating arrangement allows the teacher and students clear and easy
ways to move around the room.
·
Attribute
the ownership of ideas to the students who initiated them. For instance, in a
discussion a teacher might say,”Cecilia just added to Aida’s idea by saying
that ...”
·
Allow
and encourage all students to participate in class discussions and
interactions. Make sure to call on students who do not commonly participate,
not just those who respond most frequently.
·
Provide
appropriate wait time for all students to respond to question, regardless of
their past performance or your perception of their abilities.
Gunakan
Sikap di kelas yang positif dan wajar.
Program seperti harapan guru dan
siswa. Pencapaian menekankan pentingnya cara-
cara yang halus dimana guru dapat berkomunikasi ketertarikanya pada siswa.
Program ini mengantarkan banyak praktik strategis yang menekankan interaksi di
kelas yang positif dan pantas dengan semua siswa. Guru seharusnya, seperti;
·
Gunakan kontak mata dengan setiap siswa. Guru dapat
membuat kontak mata dengan
Membaca sekilas seluruh
ruang kelas sebagaimana mereka bicara dan dengan secara bebas bergerak ke semua
sisi kelas.
·
Dengan
sengaja bergerak dan berdiri dihadapan setiap siswa saat di kelas. Pastikan
pengaturan tempat duduk menjadikan guru dan siswa jelas dan mudah saat bergerak
di sekitar ruang kelas.
·
Lengkapi
gagasan pada diri siswa yang diajaknya.
Contohnya, di dalam sebuah diskusi seorang guru yang mungkin katakan, “ Cecilia
baru saja menambahkan pada ide Aida
dengan mengatakan bahwa ........”
·
Ijinkan
dan doronglah semua siswa untuk berperan serta dalam diskusi dan interaksi
kelas. Yakinkan untuk memanggil siswa yang tidak berpartisipasi secara umum,
jangan hanya merespon siswa yang paling
aktif.
·
Sedikan
waktu tunggu dengan tepat bagi semua siswa untuk menjawab pertanyaan, tanpa memperhatikan penampilan mereka atau kesan anda dari kemampuan mereka.
Awareness of High – Needs Students
Classroom teachers meet daily with
a broad cross-section of students. In general, 12-22% of all students in school
suffer from mental, emotional, or behavioral disorders, and relatively of
School Counselors notes that 18 persent of students have special needs and
requre extradionary perventions and treatments that go beyond the typical
sources available to the classroom.
Though the classroom teacher is
certainly not in a position directly address such severe problems, teachers
with effective classroom management skills are aware of high- needs students
and have a repertoire of specific techniques for meeting some of their needs.
Marzano summarizes the five categories of high-needs students and suggest
classroom strategies for each category and subcategory.
Ketahui Siswa Berkebutuhan Tinggi.
Guru kelas bertemu sehari-hari
dengan seorang asing yang mewakili siswa. Umumnya 12-22 % dari seluruh siswa di
sekolah menderita kekacauan mental, emosi dan sikap dan relatif sedikit
menerima pelayanan kesehatan mental. Badan konseling sekolah mencatat bahwa 18
persen siswa memiliki kebutuhan khusus dan memperoleh perawatan dan pencegahan
yang luar biasa yang diluar sumber yang tersedia pada ruang kelas.
Melalui guru kelas tentu tidak
dalam posisi secara langsung ditujukan pada jenis masalah yang luas, guru
dengan ketrampilan mengelola kelas efektif
tahu siswa berkebuthan tinggi dan mempunyai daftar teknik khusus untuk
pertemuan beberapa keperluan mereka. Marzano meringkas 5 kategori siswa
berkebutuhan tinggi dan menyarankan strategi kelas untuk setiap kategori dan
bagian kategori.
·
Passive
students fall into two subcategories; those who fear relationships and those
who fear failure. Teacher can build strong relationships with these students by
refraining from criticism, rewarding small successes, and creating a classroom
climate in which students feel safe from aggressive people.
Siswa pasif dibagi
dalam dua bagian yaitu siswa yang takut berhubungan dan siswa yang takut gagal.
Guru dapat membangun hubungan yang kuat dengan siswa ini dengan menghentikan
kritik, menghargai keberhasilannya meski kecil, dan menciptakan suasana kelas
di mana siswa merasa aman dari orang-orang yang menyerangnya.
·
The
category of aggressive students comparises three subcategories: hostile,
oppositional, and covert.
Hostile students often
have poor anger control, low capacity for empathy, and an inability to see the
consequences of their actions. Oppositional students exhibit milder forms of
behaviour problems, but they consistenly resist following rules, argue with
adults, use harsh language, and tend to annoy others.
Students in the covert
subcategory may be quite pleasent at times, but they are often nearby when
trouble starts and they never quite do what authority figures ask of them.
Strategies for helping aggressive students include creating behavior contracts
and providing immediate rewards and consequences. Most of all, teachers must
keep in mind that aggresive students, although they may appear highly resistant
to behavior change, are still children who are experiencing a significant
amount of fear and pain.
Kategori siswa
menyerang di bagi dalam tiga bagian yaitu; Bermusuhan, Lawan, dan intimidasi.
Siswa bermusuhan sering memiliki kontrol marah yang rendah, rendahnya kemampuan
untuk empati terhadap orang lain, dan ketidakmampuan untuk melihat akibat dari tindakannya. Siswa
melawan menampilkan bentuk yang lebih ringan dari masalah tingkahlakunya,
tetapi mereka secara konsistent menolak mengikuti aturan, meyakinkan dengan
kedewasaanya, menggunakan bahasa yang kasar, dan cenderung menggangu yang lain.
Siswa dalam kategori
intimidasi mungkin cukup nyaman pada saat tersebut, tetapi mereka sering secara
dekat ketika mulai merusak dan mereka tak pernah lepas
melakukan apa yang menguasai figur yang
diminta mereka. Strategi untuk membantu siswa penyerang memasukan menciptkan
perjanjian sikap dan menyediakn segera penghargaan dan konsekwensi. Banyak dari
semua itu, guru harus menjaga dalam pikirannya bahwa siswa penyerang, meskipun mereka mungkin
menunjukan penolakan yang kasar untuk merubah sikapnya, anak-anak masih mengenal arti takut dan baik.
·
Students
with attention problem fall into two categories; hyperactive and inattentive.
These students may respond well when teacher contract with them to manage
behaviors; teach them basic concentration, study, and thinking skill; help them
divide task into manageable parts; reward their successes; and assign them a
peer tutor.
Siswa dengan masalah
perhatian dibagi dalam dua kategori yaitu hiperaktif dan leha. Siswa ini
mungkin menjawab dengan baik ketika guru berinteraksi dengan mereka untuk
mengelola sikap, mengajar mereka konsentrasi yang mendasar, belajar, dan
ketrampilan berpikir ;membantu mereka
membagi tugas kedalam sisi yang dapat diatur; menghargai keberhasilan mereka;
dan menetapkan mereka sebagai seorang tutor sebaya.
·
Students
in the perfectionist category are driven to succeed at unattainable levels.
They are self- crictical, have low self esteem and feel inferior. Teachers can
often help these students by encouraging them to develop more realistic
standards, helping them to accept mistakes, and giving them oppurtunities to
tutor other students.
Siswa dalam kategori
sempurna diarahkan untuk berhasil pada level yang tidak dapat dicapai. Mereka
pengkritik dirinya, mempunyai penghargaan diri yang rendah dan merasa lemah.
Guru dapat sering membantu siswa ini dengan mendorong mereka mengembangkan
banyak standar yang realistik, membantu mereka menerima kesalahan, dan
memberikan mereka kesempatan untuk mengajarkan siswa lainnya.
·
Socially
inept students have difficulty making and keeping friends. They may stand too
close and touch other in annoying ways, talk too much, and misread
other’comments. Teachers can help these students by counseling them about
social behaviors.
Secara sosial siswa
janggal mempunyai kesulitan membuat dan menjaga teman. Mereka mungkin berdiri mendekat
dan menyentuh yang lain dalam mengganggu cara berbicara cukup banyak, dan
kesalahan memahami komentar orang lain. Guru dapat menolong siswa ini dengan
membimbing mereka tentang sikap sosial mereka.
·
School
may be the only place where many students who face extreme challenges can get
their needs addressed. The reality of today’s schools often demands that
classroom teachers address these severe issues, even though this task is not
always considered a part of their regular job.
Sekolah mungkin
hanyalah tempat dimana banyak siswa yang menghadapi tantangan ekstrim dapat
memperoleh kebutuhan yang diharapkan mereka. Kenyataan sekolah sekarang sering
menuntut bahwa guru kelas menyampaikan
informasi yang parah ini. Meskipun tugas ini tidak selalu
mempertimbangkan sebuah bagian dari pekerjaan rutin mereka.
Studies have found that
the most effective classroom managers did not treat all students the same; they
tended to employ different strategies with different tyoes of students. An
awareness of the five general categories of high – needs students and
appropriate action for each can help teachers build strong relationships with
diverse students.
Studi telah menemukan
bahwa banyak pengelolaan kelas yang efektif tidak memperbaiki siswa yang sama.;
mereka cenderung memperkerjakan strategi yang berbeda dengan tipe siswa yang
berbeda. Mengetahui dari lima kategori umum dari siswa berkebutuhan tinggi dan
tindakan tepat untuk setiap siswa dapat membantu guru membangun hubungan yang
kuat dengan siswa yang berbeda.
Don’t Leave
Relationship to Chance
Teacher student
relationship provide an essential foundation for effetive classroom management
is a key to high student achievement. Teacher – student relationship should not
be left to chance or dictated by the personalities of those involved. Instead,
by using strategies supported by research, teacher can influence the dynamics
of their classrooms and build strong teacher- student relationships that will
support student learning.
Hubungan siswa guru
menyediakan dasar yang penting bagi pengelolaan kelas yang efektif adalah kunci
untuk pencapaian siswa yang tinggi. Hubungan guru siswa tidak seharusnya
meninggalkan kesempatan atau diingat oleh pribadi yang dicakupinya. Disampin
dengan menggunakan strategi yang didukung penelitan, guru dapat mempengaruhi gerak ruang kelas mereka dan membangun
hubungan guru siswa yang kuat yang akan mendukung siswa belajar.
Comments
Post a Comment